Breaking News

Mencurigakan Tertangkap Kamera di Rumah Novel




Polisi Amankan Dua Orang Mencurigakan Tertangkap Kamera di Rumah Novel
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan dibawa dengan menggunakan kursi roda saat akan diterbangkan ke Singapura dari RS Jakarta Eye Center (JEC), Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2017). Novel Baswedan dipindahkan ke rumah sakit di Singapura untuk menjalani perawatan lebih intensif usai dirinya mengalami serangan fisik dari orang tak dikenal dengan menggunakan cairan yang diduga air keras yang membuat Novel Baswedan mengalami luka serius di sekitar wajah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Polda Metro Jaya telah menemukan dua pria mencurigakan yang tertangkap kamera CCTV tengah berada di kawasan tempat tinggal Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Kelapa Gading, Jakarta.
"Sudah dapat," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (21/4/2017).

Menurutnya, dua orang tersebut telah diamankan dan tengah dimintai keterangan.
Namun Boy mengingatkan bukan berarti dua orang tersebut adalah pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan pada Selasa, 11 April 2017 lalu.

"Memang tergambar ya. Tetapi foto-foto ini kan tidak menjawab langsung itu pelaku. Jadi informasi-informasi itu memang terus didalami tapi masih belum ada kaitan langsung," kata Boy.
Penyidik masih mencari alibi dua orang itu yaitu pada saat terjadi penyiraman terhadap Novel, mereka berada di mana.

"Kecurigaan itu tidak langsung menjawab bahwa itu adalah pelakunya. Hanya saja dia tertangkap gambarnya, tertangkap, teridentifikasi pernah ada di sekitar lokasi," jelasnya.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengaku pihaknya masih menunggu kinerja Polri melalui tim gabungan yang khusus dibentuk untuk menuntaskan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.

"Kami masih berharap investigasi dan olah TKP (tempat kejadian perkara) dari Polri menghasilkan sesuatu. Saya kira itu bukan hanya harapan dari KPK, tapi juga pihak keluarga dan publik. KPK masih menunggu siap pelaku penyerangan dan siapa dalang, termasuk motifnya," ungkap Febri, Jumat.

Meski hingga saat ini belum ada titik terang soal pelaku, Febri meyakini Polri bisa mengungkap karena Presiden Jokowi sudah memerintahkan Kapolri untuk memberi perhatian pada kasus penyerangan terhadap Novel.

"Tentu kami berharap dalam waktu dekat ada informasi yang signifikan," tambah Febri.
Mengenai perkembangan kesehatan Novel yang saat ini dirawat di Singapore General Hospital, Febri Diansyah mengatakan selaput hitam atau kornea mata korban tidak kunjung tumbuh sehingga menjadi perhatian serius dokter ahli mata di Negeri Singa itu.

Menurutnya, dokter memiliki tiga alternatif terkait kondisi kornea Novel.
Alternatif pertama, menunggu selaput mata tumbuh secara alami. Kedua, apabila pertumbuhan selaput mata lambat atau berhenti, akan dipancing menggunakan membran yang terdapat pada plasenta bayi.

"Kondisi terburuk adalah jika selaput mata tidak tumbuh, terutama di bagian hitam atau kornea. Dokter masih mempertimbangkan risiko kegagalan jika dilakukan pencangkokan," ujar Febri.
Mengenai keputusan soal kornea Novel apakah akan dioperasi atau tidak, akan diputuskan dalam pemeriksaan rutin seminggu ini.

"Rencananya dokter akan melihat sampai akhir minggu ini, apakah dibutuhkan operasi selaput di mata atau tidak," ucap Febri.

Wakil Ketua DPR Agus Hermanto meminta aparat kepolisian bisa segera menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

"Tentu sangat baik kita mendorong kepolisian untuk lebih giat mencari pelaku," ujar Agus di komplek DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat.

Menurut Agus pihak kepolisian masih melakukan pendataan terkait kasus Novel. Agus menilai aparat kepolisian butuh waktu lama untuk mencari pelaku.

Ia juga minta pengamanan terhadap para penyidik KPK.

"Ke depan harus ada pengamanan lebih spesifik dan khusus kepada penyidik KPK," ujar Agus.

Menurut Agus, para penyidik KPK, termasuk Novel Baswedan, menangani banyak kasus sehingga membawa risiko tersendiri bagi para penyidik.

"Risiko itu harus kita perkecil," ungkap Agus.

Tidak ada komentar