Breaking News

Korut Diserang, Bencana Nuklirnya 5 Kali Lebih Dahsyat dari Chernobyl

Korut Diserang, Bencana Nuklirnya 5 Kali Lebih Dahsyat dari Chernobyl
Armada perang Amerika Serikat diangkut dengan kapal induk bertenaga nuklir siaga di sekitar semenanjung Korea.

MOSCOW (RIAUPOS.CO) – Bencana nuklir yang dahsyatnya setara dengan lima hingga enam kali bencana Chernobyl, akan menyelimuti seluruh Semenanjung Korea, jika Washington nekat melancarkan tindakan militer sepihak terhadap Pyongyang.

"Sekitar 30 pembangkit listrik tenaga nuklir beroperasi di Korea Selatan, beberapa di antaranya dapat hancur bahkan jika bom dan senjata konvensional digunakan.Ini dapat menyebabkan lima hingga enam kali dahsyatnya bencana tipe Chernobyl, di daerah yang relatif kecil, seluas 99 kilometer persegi yang dapat langsung berubah menjadi tempat yang tidak cocok untuk kehidupan, " kata Direktur Pusat Studi Korea Selatan di Institut Studi Timur Jauh, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Alexander Zhebin, yang diwawancarai Sputniknews, Kamis (11/5).

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan agar Washington siap untuk ‘’menangani’’ sendiri Korea Utara, yang menunjukkan bahwa semua opsi ada di meja Trump. "Korea Utara sedang mencari masalah. Jika China memutuskan untuk membantu, itu akan menjadi lebih baik. Jika tidak, kita akan menyelesaikan masalah tanpa mereka!" kata Trump lewat Twitter.

Ucapan seperti itu "menunjukkan seberapa banyak orang Amerika benar-benar peduli dengan kesejahteraan sekutu mereka," Zhebin mengamati.

Analis tersebut juga mengatakan bahwa operasi militer sepihak Washington terhadap Pyongyang tidak dapat dikesampingkan menyusul operasi Pentagon baru-baru ini di Suriah.

April lalu, AS meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk, yang menargetkan sebuah basis pangkalan udara yang dioperasikan oleh pasukan pimpinan Damaskus. Serangan tersebut dikatakan sebagai respons terhadap serangan kimia di Idlib, yang oleh Washington dan sekutunya disalahkan pada Bashar al-Assad, walaupun tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung klaim tersebut.

Zhebin menunjukkan bahwa meskipun retorika Washington yang keras, Gedung Putih tampaknya enggan bertindak secara sepihak di Korea Utara sejak sebuah operasi militer di negara ini secara signifikan lebih berbahaya dibanding serangan udara besar-besaran di Suriah.

Pentagon "tidak bisa tidak memperhitungkan bahwa jika terjadi serangan udara terhadap Korea Utara, Tomahawks buatan AS akan terbang ke wilayah Rusia dan China. Ini adalah skenario yang lebih berbahaya daripada apa yang mereka demonstrasikan di Suriah," katanya. "Rusia tidak akan bisa menunggu rudal AS untuk secara tidak sengaja mendarat di wilayahnya. Moskow akan dipaksa untuk menembak jatuh rudal tersebut saat mereka berada di wilayah udara Korea Utara."

Pasukan artileri Korea Utara unjuk kekuatan kemampuannya.

Sebuah operasi militer potensial di Korea Utara semakin diperumit oleh fakta bahwa Amerika Serikat tampaknya tidak memiliki informasi mengenai semua lokasi yang tepat dari semua fasilitas nuklir dan peluncur rudal di gudang senjata Pyongyang, analis ini menambahkan.

"Jika tidak, Amerika Serikat bisa saja melakukan serangan udara terhadap Korea Utara sejak lama," katanya.

Zhebin juga menunjukkan bahwa rudal jelajah Tomahawk memiliki masalah dengan akurasi.

"Perang di Irak telah menunjukkan bahwa rudal-rudal AS mendarat di semua negara tetangga, entah karena kesalahan atau kesengajaan. Bagaimanapun, mereka ditemukan di sana. Akibatnya, kemungkinan operasi ofensif Washington di Korea Utara, sebuah negara bersenjata nuklir yang berbatasan dengan Rusia dan China, nampaknya seperti kegilaan dari sudut pandang militer. Ini juga menunjukkan petualangan yang ekstrem dari pemerintah AS saat ini, "katanya.

Bencana Chernobyl

Bayangkan betapa dahsyatnya efek yang terjadi di Korea Selatan yang memiliki 30 reaktor nuklir untuk PLTN. Sebab, dari catatan riaupos.co, di reaktor nuklir pembangkit listrik Chernobyl, Rusia  pada 26 April 1986, hanya satu yang meledak, yakni reaktor nomor 4. Namun bencana yang ditimbulkannya sungguh dahsyat. Isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa.

Wikipedia menulis, bencana nuklir ini dianggap sebagai kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah, dan merupakan satu dari dua kecelakaan yang digolongkan dalam level 7 pada Skala Kejadian Nuklir Internasional (kecelakaan yang lainnya adalah Bencana nuklir Fukushima Daiichi). Jumlah pekerja yang dilibatkan untuk menanggulangi bencana ini sekitar 500.000 orang, dan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel (Rp3,5 triliun) dan mempengaruhi ekonomi Uni Soviet. Kendati ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini, efek jangka panjang radiasi terhadap manusia masih terus diselidiki hingga kini.

Tercatat 31 orang tewas, di antaranya adalah pegawai PLTN dan para petugas penyelamat. Namun, Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada 2008 menyebut korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang. Sementara itu, Chernobyl Forum memperkirakan, korban tewas akibat radiasi nuklir bisa mencapai 4.000 orang, terutama dari ratusan ribu anggota tim penyelamat serta warga kota-kota yang paling terkontaminasi.


Angka ini belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang kemudian menderita kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita kanker itu, separuhnya meninggal dunia.

Tak terbayangkan dahsyatnya bencana yang timbul jika pecah perang nuklir di semenanjung Korea.

Tidak ada komentar